Kehidupan Mantan Atlet
Kehidupan Memprihatinkan Mantan Atlet
SEA Games XXVI 2011 diselenggarakan di Indonesia. Segala upaya dilakukan Indonesia demi kesuksesan salah satu kejuaraan bergengsi dunia ini. Namun, bagaimana dengan persiapan atlet itu sendiri? Mengingat kehidupan mantan atlet yang memprihatinkan, apakah para atlet SEA Games ini masih memiliki semangat untuk memperjuangkan Merah Putih?
“Kehidupan mantan atlet yang memprihatinkan, hendaknya bisa menjadi pemacu semangat bagi atlet sekarang ini untuk lebih giat berlatih untuk mencapai prestasi terbaiknya dalam SEA Games nanti dan bisa lebih mempersiapkan diri untuk masa pensiunnya”. demikian kata Hadi Wihardja, SekJen Ikatan Atlet Nasional Indonesia (IANI), dalam diskusi olahraga, Selasa 11 Oktober 2011 di Senayan.
“Para atlet juga harus berlatih dengan semangat nasionalisme yang tinggi, untuk mencetak prestasi terbaik mengharumkan nama Indonesia di ajang Internasional, selalu belajar dari kesalahan, selalu perbaharui prestasi, karena pemerintah saat ini sudah menyediakan reward yang sangat besar dibandingkan zaman dulu, sudah saatnya atlet sekarang harus lebih giat lagi mencetak prestasi terbaiknya”, tambah Hadi.
“Apa lagi dengan sudah adanya pihak swasta yang akan memberi perhatian untuk mantan atlet, seperti Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI), hendaknya keberadaan YOI ini bisa lebih memacu semangat atlet sekarang untuk lebih berprestasi, dan tidak terlalu khawatir dengan masa depannya” kata Hadi.
“Tetapi walaupun demikian, atlet juga harus mempersiapkan dirinya, dengan manajemen waktu yang baik, atlet harus bisa membagi waktu latihan dan sekolah/ kuliah, bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk belajar, latihan dan sudah waktunya atlet mengurangi waktu bermain apabila sedang tidak latihan, lebih baik waktu luang tersebut digunakan untuk belajar, agar prestasi di sekolah / kuliah pun bisa berprestasi juga,” demikian kata Hadi Wihardja.
Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggara SEA Games XXVI 2011. Perhelatan olahraga 2 tahunan ini dilaksanakan selama 12 hari , yaitu mulai dari tanggal 11 – 22 November 2011 di Palembang dan Jakarta. Kejuaraan ini akan menjadi ajang unjuk gigi bangsa Indonesia untuk menunjukkan eksistensinya di dunia Internasional.
Persiapan telah dilakukan jauh-jauh hari, baik sarana dan prasarana serta pembinaan fisik dan mental atlet. Sejak terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah SEA Games XXVI 2011, pemerintah berupaya untuk menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi standar Internasional.
Para atlet pun telah disiapkan jauh-jauh hari baik fisik maupun mental untuk bertanding. Ini semua dilakukan demi harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia.
Dalam acara yang sama, Richard Sanbera (mantan perenang nasional ) mengatakan : “Kiranya setiap cabang olahraga juga mempersiapkan pendidikan formal untuk para atlet, karena selama dalam pelatihan, atlet juga sudah mengorbankan waktu pendidikannya demi membela nama Indonesia”.
“Contoh saja seperti Singapura, ada sekolah untuk para atlet dan mereka sebenarnya mencontoh konsep dari Indonesia dengan sekolah atlet Ragunan, hanya saja pelaksanaan di Indonesia kurang konsisten”, tambah Richard.
“Dimulai dari induk organisasi olahraga, yang harus memperhatikan pendidikan para atlet, jangan membuat atlet harus memilih sekolah atau olahraga, hendaknya keduanya harus bisa seiring sejalan dibina oleh setiap organisasi cabang olahraga, agar atlet punya modal pendidikan yang cukup untuk masa depannya nanti”, jelas Richard.
Richard menambahkan : “Atlet yang sedang berprestasi sekarang ini perlu diingatkan bahwa masa kejayaan atlet itu ada batasnya, mereka perlu disadarkan pentingnya manajemen diri dan manajemen keuangan untuk bisa mempersiapkan segala sesuatunya apabila masa kejayaannya sudah selesai, karena untuk atlet sekarang ini, bonus yang dijanjikan sudah cukup besar, yang seharusnya dengan manajemen keuangan yang baik, bonus tersebut bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya”.
Richard menambahkan : “Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI), memang sangat membantu, dan perlu kita dukung, tetapi yang paling penting dan paling mendasar adalah program dari Pemerintah yang terencana dan konsisten, yang akhirnya nanti bisa menggugah pihak swasta untuk turut membantu program olahraga Indonesia.
Saat ini banyak mantan atlet Indonesia yang hidupnya tunggang langgang tak terperhatikan. Sebut saja Wongso Suseno yang dulunya juara dunia OPBF pertama untuk Indonesia di kelas Welter (63kg). Sekarang-seakan jerih payahnya tak dihargai bangsa ini, beliau menjadi tenaga serabutan di salah satu perusahaan di Malang.
Nama lain yang tidak asing adalah Minto Hadi. Keperkasaannya di ring tinju membawa beliau meraih juara 2 ranking OPBF untuk kelas terbang, namun kehidupannya setelah pensiun berkata lain. Beliau mengalami kebutaan akibat perjuangannya membela bangsa Indonesia. Sekarang beliau berprofesi sebagai tukang pijat di kota Malang.
Keadaan ini perlu diubah, Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI) berusaha membantu Olahraga Indonesia, dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Bisa kita bayangkan jika satu orang melakukan tindakan peduli, mendukung dan membantu olahraga di Indonesia dapat menyentuh kehidupan mantan olahragawan, jika dua, tiga dan empat bahkan seluruh lapisan ,masyarakat Indonesia juga melakukan hal yang sama, akan ada begitu banyak mantan olahragawan yang hidupnya memprihatinkan dapat terbantu, yang akhirnya menumbuhkan semangat masyarakat Indonesia akan olahraga di Indonesia, memperjuangkan Merah Putih demi terwujudnya Indonesia Juara.
SEA Games XXVI 2011 diselenggarakan di Indonesia. Segala upaya dilakukan Indonesia demi kesuksesan salah satu kejuaraan bergengsi dunia ini. Namun, bagaimana dengan persiapan atlet itu sendiri? Mengingat kehidupan mantan atlet yang memprihatinkan, apakah para atlet SEA Games ini masih memiliki semangat untuk memperjuangkan Merah Putih?
“Kehidupan mantan atlet yang memprihatinkan, hendaknya bisa menjadi pemacu semangat bagi atlet sekarang ini untuk lebih giat berlatih untuk mencapai prestasi terbaiknya dalam SEA Games nanti dan bisa lebih mempersiapkan diri untuk masa pensiunnya”. demikian kata Hadi Wihardja, SekJen Ikatan Atlet Nasional Indonesia (IANI), dalam diskusi olahraga, Selasa 11 Oktober 2011 di Senayan.
“Para atlet juga harus berlatih dengan semangat nasionalisme yang tinggi, untuk mencetak prestasi terbaik mengharumkan nama Indonesia di ajang Internasional, selalu belajar dari kesalahan, selalu perbaharui prestasi, karena pemerintah saat ini sudah menyediakan reward yang sangat besar dibandingkan zaman dulu, sudah saatnya atlet sekarang harus lebih giat lagi mencetak prestasi terbaiknya”, tambah Hadi.
“Apa lagi dengan sudah adanya pihak swasta yang akan memberi perhatian untuk mantan atlet, seperti Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI), hendaknya keberadaan YOI ini bisa lebih memacu semangat atlet sekarang untuk lebih berprestasi, dan tidak terlalu khawatir dengan masa depannya” kata Hadi.
“Tetapi walaupun demikian, atlet juga harus mempersiapkan dirinya, dengan manajemen waktu yang baik, atlet harus bisa membagi waktu latihan dan sekolah/ kuliah, bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk belajar, latihan dan sudah waktunya atlet mengurangi waktu bermain apabila sedang tidak latihan, lebih baik waktu luang tersebut digunakan untuk belajar, agar prestasi di sekolah / kuliah pun bisa berprestasi juga,” demikian kata Hadi Wihardja.
Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggara SEA Games XXVI 2011. Perhelatan olahraga 2 tahunan ini dilaksanakan selama 12 hari , yaitu mulai dari tanggal 11 – 22 November 2011 di Palembang dan Jakarta. Kejuaraan ini akan menjadi ajang unjuk gigi bangsa Indonesia untuk menunjukkan eksistensinya di dunia Internasional.
Persiapan telah dilakukan jauh-jauh hari, baik sarana dan prasarana serta pembinaan fisik dan mental atlet. Sejak terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah SEA Games XXVI 2011, pemerintah berupaya untuk menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi standar Internasional.
Para atlet pun telah disiapkan jauh-jauh hari baik fisik maupun mental untuk bertanding. Ini semua dilakukan demi harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia.
Dalam acara yang sama, Richard Sanbera (mantan perenang nasional ) mengatakan : “Kiranya setiap cabang olahraga juga mempersiapkan pendidikan formal untuk para atlet, karena selama dalam pelatihan, atlet juga sudah mengorbankan waktu pendidikannya demi membela nama Indonesia”.
“Contoh saja seperti Singapura, ada sekolah untuk para atlet dan mereka sebenarnya mencontoh konsep dari Indonesia dengan sekolah atlet Ragunan, hanya saja pelaksanaan di Indonesia kurang konsisten”, tambah Richard.
“Dimulai dari induk organisasi olahraga, yang harus memperhatikan pendidikan para atlet, jangan membuat atlet harus memilih sekolah atau olahraga, hendaknya keduanya harus bisa seiring sejalan dibina oleh setiap organisasi cabang olahraga, agar atlet punya modal pendidikan yang cukup untuk masa depannya nanti”, jelas Richard.
Richard menambahkan : “Atlet yang sedang berprestasi sekarang ini perlu diingatkan bahwa masa kejayaan atlet itu ada batasnya, mereka perlu disadarkan pentingnya manajemen diri dan manajemen keuangan untuk bisa mempersiapkan segala sesuatunya apabila masa kejayaannya sudah selesai, karena untuk atlet sekarang ini, bonus yang dijanjikan sudah cukup besar, yang seharusnya dengan manajemen keuangan yang baik, bonus tersebut bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya”.
Richard menambahkan : “Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI), memang sangat membantu, dan perlu kita dukung, tetapi yang paling penting dan paling mendasar adalah program dari Pemerintah yang terencana dan konsisten, yang akhirnya nanti bisa menggugah pihak swasta untuk turut membantu program olahraga Indonesia.
Saat ini banyak mantan atlet Indonesia yang hidupnya tunggang langgang tak terperhatikan. Sebut saja Wongso Suseno yang dulunya juara dunia OPBF pertama untuk Indonesia di kelas Welter (63kg). Sekarang-seakan jerih payahnya tak dihargai bangsa ini, beliau menjadi tenaga serabutan di salah satu perusahaan di Malang.
Nama lain yang tidak asing adalah Minto Hadi. Keperkasaannya di ring tinju membawa beliau meraih juara 2 ranking OPBF untuk kelas terbang, namun kehidupannya setelah pensiun berkata lain. Beliau mengalami kebutaan akibat perjuangannya membela bangsa Indonesia. Sekarang beliau berprofesi sebagai tukang pijat di kota Malang.
Keadaan ini perlu diubah, Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI) berusaha membantu Olahraga Indonesia, dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Bisa kita bayangkan jika satu orang melakukan tindakan peduli, mendukung dan membantu olahraga di Indonesia dapat menyentuh kehidupan mantan olahragawan, jika dua, tiga dan empat bahkan seluruh lapisan ,masyarakat Indonesia juga melakukan hal yang sama, akan ada begitu banyak mantan olahragawan yang hidupnya memprihatinkan dapat terbantu, yang akhirnya menumbuhkan semangat masyarakat Indonesia akan olahraga di Indonesia, memperjuangkan Merah Putih demi terwujudnya Indonesia Juara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar